Popularitas dan politik merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Dimana popularitas berasal dari populer dan/atau kepopuleran sebagai kata nomina untuk...
Elang alap jambul (Accipiter trivirgatus) adalah sejenis elang yang termasuk ke dalam spesies dari genus accipiter.
Karateristik dalam burung elang alap jambul adalah:
Berukuran sedang 30–46 cm, Rentang sayap 54–79 cm dan berat tubuh jantan sekitar 352 gram dan betina sekitar 563 gram dengan rentang sayap jantan sekitar 68 sampai 76 cm dan betina betina sekitar 78 sampai 90 cm. Tubuh gelap dengan jambul yang jelas.
Pada waktu berbiak kadang memperlihatkan gaya terbang yang khas, getaran sayap (bulu putih sisi tubuh terlihat jelas), berselang dengan luncuran pendek dalam lingkaran yang sempit. Makanan burung ini adalah kadal dan burung. Sarangnya terbuat dari tumpukan besar ranting berlapis daun, pada pohon tinggi di hutan. Telurnya berwarna putih kebiruan, berbintik coklat, jumlah telur adalah 2 butir. Berkembang biak bulan Desember-Maret.
Selalu tinggal di hutan lebat, baik hutan hijau sepanjang tahun ataupun hutan gugur daun. Ditemukan juga di hutan-hutan[2] sekunder mengunjungi perkebunan teh. Hutan lebat, hutan dataran rendah, perbukitan. Tersebar sampai ketinggian 1.000 m dpl.
Terdengar pekikan yang melengking "hi-hi-hi-hi-hi" dan lolongan yang panjang[1]. Pada masa berbiak terdengar suara yang agak lemah tetapi lebih mantap "wiiik wiik wiik ciwiiik ciwiik".
Asia Selatan, Asia tenggara, Sunda Besar, Filipina. Di Indonesia, penyebarannya terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali[3].Tidak jarang ditemukan di hutan dataran rendah Sumatra (termasuk Nias) dan Kalimantan (termasuk Kep. Natuna) sampai ketinggian 1000 m. Di Jawa dan Bali dulu tersebar luas di hutan dataran rendah dan perbukitan, tetapi sekarang langka.[4]
Secara global, alap-alap jambul terdapat 11 sub-spesies dengan pesebaran berbeda yang meliputi Asia Selatan, Asia tenggara, Filipina, dan Sunda Besar. Tidak jarang ditemukan di hutan dataran rendah Sumatra (termasuk Nias) dan Kalimantan (termasuk Kep. Natuna) sampai ketinggian 1000 m. Di Jawa dan Bali dulu tersebar luas di hutan dataran rendah dan perbukitan, tetapi sekarang langka.[5]
Makanan utamanya adalah Burung, kadal, mamalia kecil, katak, serangga besar. Juga di Asia Tenggara memakan burung punai. Individu berukuran lebih kecil umum memakan kadal, tupai, dan tikus.[6]
Berburu di tenggeran yang rendah di laut. Selalu tinggal di hutan lebat. Pada waktu berbiak kadang-kadang memperlihatka cara terbang yang khas, yaitu getaran sayap (bulu putih pada sisi tubuhnya terlihat jelas) berselang dengan luncuran pendek dalam lingkaran yang sempit.
Mereka mulai membuat sarang sekitar pada bulan februari untuk yang di Kalimantan, Bulan Januari untuk yang di sumatera dan Desember untuk yang di Jawa ( Prawiradilaga, DM, dkk. 2003). Sarang cukup besar untuk ukuran dari genus Accipiter dengan lebar sarang 50 cm dan kedalaman mencapai 30 cm atau lebih setelah sarang digunakan berulang dalam beberapa tahun. Struktur sarang itu sendiri terdiri dari ranting dan dedaunan hijau dengan ketinggian 9-45 meter dari tanah yang diletakan agak tersembunyi di antara dedaunan atau tanaman pembelit. Jumlah telur yang dihasilkan rata-rata 1-2 butir telur berwarna putih kebiruan berbintik coklat dengan masa pengeraman diperkirakan sekitar 34 hari.[5]
0%0% menganggap dokumen ini bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai bermanfaat
0%0% menganggap dokumen ini tidak bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai tidak bermanfaat